Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2016

Atheis : Roman Dengan Tiga Gaya Narasi

Penerbit               : Balai Pustaka Penulis                 : Achdiat K. Mihardja Cetakan pertama  : 1949 Cetakan 26          : 2003 Halaman               : 232 Sinopsis Berkisah mengenai kehidupan kejiwaan dan ideologi seorang pemuda bernama Hasan. Bandung pada zaman pendudukan Belanda dan Jepang menjadi setting novel ini. Hasan adalah seorang pemuda yang berasal dari sebuah kampung bernama Panyeredan di kaki Gunung Talaga Bodas, Garut. Ia dibesarkan dalam lingkungan pendidikan Islam dan tarekat yang kuat dan kental oleh orangtuanya. Menginjak remaja Hasan bersekolah di MULO (setingkat Sekolah Menengah) di Bandung dan bekerja sebagai pegawai pemerintahan di Bandung. Disana pula ia berkenalan dengan Rukmini, seorang gadis anak Haji Kosasih yang merupakan saudagar besar di Bandung. Namun orang tua Hasan dan Rukmini tidak merestui hubungan mereka, maka kandaslah hubungan mereka. Kemudian Rukmini dikawinkan dengan anak ‘menak’ saudagar kaya. Hal tersebut membua

Pasar Malam

Malam-malam sepi Pikiran ramai begini Simpang siur hilir Mudik mondar mandir Otak seperti pasar malam Macam orang ada hajatan Cahaya lampu disebarkan Wangi kopi menyeruak Keluar dari cangkir Menguap menggentayangi langit Langit kamar sempit Asbak rokok tumpah Ruah mengisi ruangan Asap mengisi udara Duduk di sudut Angan tersudutkan nyata Nyata nyata kalah Sepasang peri menari Membawa sebilah belati Menunggu aku hilang Hilang kendali pulang Waktu melengkung di ruang hampa Menuju titik singularitas Semua kembali ke awal Semesta berkuasa Bandung-Padang, Desember 2014- Desember 2015

Resensi Novel Divortiare

Penerbit               : Gramedia Pustaka Utama Penulis                 : Ika Natassa Cetakan pertama : 2008 Halaman              : 328 Sinopsis Divortiare dibuka dengan cerita Alexandra Rhea -tokoh sentral novel ini sebagai aku- yang merupakan wanita karir sebagai relationship manager sebuah bank ternama di Jakarta, Alex – begitu ia disapa- baru baru saja pulang dari business trip ke daerah mengunjungi lokasi bisnis salah nasabah perusahaannya.Dalam perjalannanya pulang ke apartemennya ia menelpon Beno Wicaksono, dokter pribadinya, yang juga adalah mantan suaminya sejak dua tahun yang lalu. Alex meminta Beno yang bertugas di sebuah rumah sakit datang ke tempatnya karena ia merasa tidak enak badan semenjak dari tugasnya ke daerah.

Menjamu Bayangan

Kalau kau kembali mengantar bayanganku kesini tak perlu teriak memanggil namaku di pintu aku masih ingat irama derap langkahmu Kalau kau kembali mengantar bayanganku kesini akan ‘ku jamu dengan sepotong roti dan segelas susu dari benih-benih masa lalu yang tumbuh mengakar dalam tubuh serupa jaring laba-laba yang menggerayangi pohon randu

Ditinggal Bayangan

dan bayanganku pun berlari meninggalkan raga, mengikuti titian yang kau bawa bersama angin masa lalu. semu kini menyelimuti langit ranum kamarku. menyisakan haluan kelam tanpa temaram ku berjalan dalam sepi menyusuri tepi

Mengenal Wislawa Szymborska

Saya mengenal Wislawa Szymborska sekitar dua tahun lalu dari seorang kawan yang mengirim puisi karya beliau. Saya langsung jatuh cinta setelah membaca salah satu puisinya yaitu Under One Small Star. Permainan bahsanya sungguh menraik dan pemilihan diksi dan frasa yang indah mebuat saya tak pernah bosan terus membacanya. Setelahnya saya mencari tahu lebih banyak tentang beliau dan terus membaca puisi-puisinya. Wislawa Szymborska adalah penulis kebangsaan Polandia yang lahir pada 2 Juli 1923. Beliau menerima penghargaan Nobel sastra pada tahun 1996 yang membuat dirinya semakin dikenal luas di dunia. Karya banyak diterjemahkan keberbagai bahasa dari bahasa aslinya Polandia. Beliau mulai menulis sejak 1940an saat dia bekerja sebagai karyawan di perusahaan kereta apii di Kraków, Polandia. Saat itu Eropa sedang berkecamuk Perang Dunia II. Di awal karir kepenulisannya beliau banyak menulis tentang tema politik dan komunisme di Eropa. Beliau memakai nama pena sebagai nama samara agar

Kapan Nyusul?

“kapan nyusul?” Tanya kakek itu disebuah pesta nikah seorang kawan suatu pagi Aku tidak menjawab hanya tertawa Esoknya seorang ulama sepuh kampung kami meninggal sakit komplikasi Kami sekampung berduka Dipemakaman sang kakekmemimpin pembacaan doa Selesai upacara aku menghampiri seraya bertanya “kapan nyusul?” Ia tidak menjawan hanya menangis 10 Maret 2016

Memang Jodoh – Kisah Cinta Beda Budaya

Novel klasik ini adalah karya terakhir dari sastrawan Bapak Roman Modern Indonesia", Marah Rusli yang juga menelurkan salah satu roman terbaik Indonesia, Siti Nubaya. Kisah ini diangkat dari kisah yang dialami sendiri oleh si penulis. Bisa dibilang novel ini merupaka semi-autobiogafinya Marah Rusli. Kakek dari Harri Rusli ini menceritakan dengan indah lika liku kehidupannya dari sejak ia kehidupannya remajadi Bukittinggi sampai ia membina kehidupan rumah tangga di tanah pasundan.

Sepi

Sepi itu ada dimana-mana di dalam lembaran buku yang belum selesai dibaca di atas piring bekas pizza di didalam lemari penyimpan celana di ruang tamu, di atas ranjang di bawah meja, di pinggir asbak kecuali disini: di atas sajadah Bandung, Desember 2014

Desember Kelabu

Aku mengadu pada malam yang bisu Tentang bulan desember yang kelabu Tentang senda gurau yang tak lagi lucu Meski ranting pohon tak lagi ingat Angin malam mana yang menghembusnya sampai gugur Jatuh menghempas tanah Padahal masih di batang itu jejak sandaran punggungku Hanya daun yang menangis Basah diguyur gerimis Mendengar bisik cerita Hingga musnah ditelan masa Kampung Langang, 28 Desember 2015 : Pertama kali terbit di:

Doa Dibawah Rintik Hujan

Tuhanku, Di pintumu aku mengetuk Aku meminta setengah membujuk Jangan biarkan aku terdampar Hilang daya aku terkapar Tuhanku, Dibawah hangatnya bulir hujan Lirih kusebut namamu dalam sedan Tebaslah tunas-tunas kesakitan Diam-diam menggigit habis ingatan Tuhanku, Di dinding rumahmu aku selipkan Untaian aduan dan permohonan Bunuhlah risau dan gusar yang meraja Saat matahari tenggelam sedari senja Tuhanku Mendongak wajahku ke langit Disitukah engkau? menjelang dini hari, 13 Maret 2016

Rumahku

Di rumahku, Kau boleh duduk di sofa, atau bersimpuh Menunggu kudapan hangat tersuguh Di rumahku, Kau boleh menonton tivi, atau bercengkrama dengan burung nuri Sambil mengintip tetangga dari jendela berterali Di rumahku, Jangan pikul selalu bebanmu Kau boleh taruh dibalik pintu Di rumahku, Kau bisa memesan pelangi Nanti hujan datang menghampiri Ini lah rumahku, Kau mau datang bertamu? Lewat tengah malam, 13 Maret 2016