Power
tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely.
(Lord Acton, surat kepada Uskup Mandell
Creighton, 1887)
Revolusi
Bolshevik yang terjadi pada 1917 dan menjadi bagian dari dua gelombang Revolusi
Rusia telah meruntuhkan rezim Dinasti Tsar yang telah berkuasa selama lima abad
lebih, dan merubah wajah Rusia hingga beberapa dekade setelahnya. Revolusi yang
dikenal juga sebagai Revolusi Oktober, melahirkan Republik Sosialis Uni Soviet
dan menggantikan Provisional Government
(Pemerintahan Sementara) yang dibentuk setelah pemberontakan gelombang pertama
yang menumbangkan Dinasti Tsar pada Februari tahun yang sama. Tak lama setelah
dua gelombang revolusi dan pengalihan kekuasaan ke kaum Bolshevik, Perang Sipil
Rusia pecah dan berlangsung hingga 1922.
Meski
secara ontologis Revolusi Bolshevik, dan Revolusi Rusia dalam skala
mundial, terpisah dari situasi waktu dan
dimensi kita saat ini, namun banyak pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa
tersebut. Kediktatoran pemerintahan Bolshevik di bawah kuasa Lenin telah membunuh
dan menguburkan faksi-faksi lain yang beseberangan secara politik dan ideologi
dengan penguasa.
Adalah
Alexander Berkman, seorang pejuang anarkis Rusia, yang mendokumentasikan dengan
baik dan runut pada catatan hariannya perihal kemelut dan intrik yang terjadi selama
perebutan kekuasaan pada rentang akhir 1919 – 1921. Ia menuliskannya dalam
catatan hariannya yang kemudian terbit dengan judul The Bolshevik Mith. Edisi bahasa Indonesinya telah diterbitkan
sebuah penerbit alternatif di Bandung, SvaTantra, dengan judul Hikayat Tirai
Besi.
Alexander
Berkman lahir di Vilna, Rusia (sekarang bagian dari Lithuania). Ia adalah anak
keempat dari keluarga pedagang peranakan Yahudi. Ayahnya adalah seorang
pedagang yang cukup sukses. Di masa remajanya, ia sangat mengagumi ajaran
nihilisme, terutama setelah membaca novel Ivan Turgenev Father and Sons, dan kelak menjadi cikal bakal pemikiran dan ide
radikal progresifnya.
Berkman berimigrasi ke Amerika
Serikat di usia 18 tahun, ketika kedua orangtuanya meninggal dan demi
menghindari rezim Tsar yang semakin represif terhadap pergerakan-pergerakan
radikal. Di Amerika Serikat, ia bertemu dengan pergerakan terlibat dengan. Ia bertemu dengan Emma
Goldman, juga seorang imigran dari Rusia yang kelak menjadi pasangan hidup dan teman
perjuangannya.
* * *
Berkman
mengawali kisahnya dari keberangkatannya meninggalkan Amerika Serikat bersama
ratusan aktivis anarkis, sosialis, komunis dan faksi gerakan kiri lainnya.
Mereka dideportasi karena dugaan aktivitas pergerakan kiri dan akibat pecahnya
Revolusi Bolshevik di Rusia. Berkman, bersama 246 aktivis lainnya, diangkut dengan kapal tua, Buford, dalam perjalanan mengarungi ganasnya
gelombang Samudra Atlantik Utara selama kurang lebih satu bulan menuju Rusia.
Sesampai
di tanah kelahirannya, ia disambut dengan suka cita oleh teman-teman
seperjuangannya. Meski kaum anarkis terpolarisasi menjadi dua kubu dalam
menyikapi revolusi; kontra dan optimis, Berkman termasuk orang yang
berpengharapan tinggi atas kelanjutan revolusi. Ia menyatakan bahwa hari
pertama ia menginjakkan kaki kembali di Rusia adalah hari paling bahagia
sepanjang hidupnya.
“Aku tenggelam dalam
rasa khidmat. Mungkin rasa ini pula yang dirasakan nenek moyangku yang saleh,
saat mereka memasuki Tempat Suci.” (Hal 29)
“Sejak saat ini kita
adalah satu, satu dalam tugas suci untuk revolusi, satu dalam pertahanan, satu
dalam mencapai tujuan bersama untuk kemerdekaan dan kesejahteraan masyarakat.
Sosialis atau anarkis – tinggalkan perbedaan teoritis kita.”
(Hal 31-32)
Dalam rentang waktu kurang dua
tahun, selama revolusi, Berkman menemui beberapa tokoh berpengruh Bolshevik. Di
antaranya adalah Vladimir Lenin, Leon Trotsky, dan Nestor Makhno, seorang tokoh
anarkis Ukraina. Namun, tidak dijelaskan apakah ia pernah bertemu dengan Stalin,
penguasa Uni Sovyet setelah Lenin. Tidak ada catatan Berkman tentang Stalin,
seolah-olah ia bukan tokoh penting dalam Revolusi Rusia.
Lenin digambarkan Berkman sebagai
seorang yang visioner dan berkeinginan kuat. Tentang kebebasam yang dipersoalkan
Berkman, Lenin menjawabnya dengan mengatakan bahwa kebebasan adalah kemewahan
yang tidak dapat diizinkan di tahapan revolusi. Setidaknya hingga revolusi
selesai.
Antusiasme
dan optimisme Berkman di awal ia datang pelan-pelan pupus dan berganti dengan
kekecewaan. Kegembiraan yang pernah ia rasakan menguap seketika, secepat ia
datang. Terlebih selama ia melihat situasi masyarakat di Moskow dan Petrograd.
Kelangkaan makanan terjadi di mana-mana dan jatah makanan untuk masyarakat
dibatasi. Huru-hara mulai terjadi di beberapa kota, menentang inefisiensi dan
korupsi yang dilakukan pemerintah Bolshevik.
Lawan-lawan
politik kaum Bolshevik satu persatu ditangkapi dan dieksekusi. Pada Mei 1920,
puluhan pejuang anarkis dipenjarakan tanpa pengadilan. Berkman mencoba
mendamaikan para tahanan dengan berdialog dengan pemimpin Bolshevik, namun
hanya beberapa orang yang berhasil dilepaskan.
Cerita Berkman ditutup dengan
keputusannya meninggalkan Rusia pada September 1921, bersama pasangannya, Emma
Goldman.
Dalam
keputusasaan, ia menulis, “Hari-hari
berlalu dengan kelabu. Satu demi satu harapan mati. Teror dan despotisme telah
menghancurkan kehidupan yang lahir dari Revolusi Oktober. Slogan-slogan
revolusi telah dikhianati, cita-citanya tenggelam dalam darah rakyat.” (Hal
339-340).
* * *
Kalimat
pembuka tulisan ini yang saya kutip dari surat Lord Acton kepada Uskup Mandell
Creighton mungkin dapat menggambarkan bagaimana konstelasi perebutan kekuasaan
paska revolusi. Cita-cita dan harapan penggerak revolusi tak pernah menjadi
nyata
Saya
kira, buku ini dapat dijadikan sebagai rujukan atau bacaan awal bagi pembaca
yang ingin mengetahui sejarah Revolusi Rusia maupun pemikiran yang melatarinya.
Catatan kaki yang diberikan penerjemah sangat membantu pembaca memahami pelbagai
istilah, tokoh, dan kejadian yang sedang dikisahkan Berkman. Narasi lincah
Berkman dalam menyajikan
potongan-potongan pengalamannya
disampaikan seolah cerita fiksi, hingga menimbulkan imaji melodramatik ketika
membacanya.[]
Pertama kali tayang di buruan.co
Comments
Post a Comment