Tiga puisi saya dimuat di Harian Haluan, harian lokal Sumatera Barat, edisi Minggu, 14 Agustus 2016. Berikut saya hadirkan disini ketiga puisi tersebut.
Pulang Kampung
Ke rumah bergonjong itu aku berlari
Nun jauh di ujung pematang di seberang kali
Jalan usang berlumut kususuri
Padang ilalang berkabut kulewati
Kusebar pandang ke ujung padang
Tak lagi tampak pohon nan rindang
Katanya sudah habis dimakan musang
Dan diambil pak mentri untuk hiasan gudang
Sayup-sayup terdengar suara anak remaja
Bermain gerilya diatas puing puing norma
Masing masing berlari kesana kemari
Tidak peduli saling tabrak sana-sini
Sampai di rumah lewat tengah malam
Gelap gulita serupa langit kelam
Katanya sudah seminggu sedang ada pemadaman
Tak beda sewindu yang lalu saat kampung ini kutinggalkan
Pasar Malam
Malam-malam sepi
Pikiran ramai begini
Simpang siur hilir
Mudik mondar mandir
Otak seperti pasar malam
Macam orang ada hajatan
Cahaya lampu disebarkan
Wangi kopi menyeruak
Keluar dari cangkir
Menguap menggentayangi langit
Langit kamar sempit
Asbak rokok tumpah
Ruah mengisi ruangan
Asap mengisi udara
Duduk di sudut
Angan tersudutkan nyata
Nyata nyata kalah
Sepasang peri menari
Membawa sebilah belati
Menunggu aku hilang
Hilang kendali pulang
Waktu melengkung di ruang hampa
Menuju titik singularitas
Semua kembali ke awal
Semesta berkuasa
Elegi Minggu Pagi
Rangkaian awan berarak beriringan
Menggumpal jauh di cakrawala, lalu menghitam ranum
Menunggu jatuh ke bumi sebagai hujan
Mengecup sampai basah segala pohon dan ara
Mengalun bersama gemuruh sampai guruh
Oooh ranting
Patah jatuh terpelanting
Ditutup dedaunan berguguran
Dimakan kumbang keluyuran
Rayap pelan pelan merayap
Menyusun sarang di kaki batang lampeni
Beringsut pasti sampai ke dahan
Mengisap habis energi dari balik pori
Bagai pelangi di awan mendung
Angkasa hitam berkabung
Siang digulung malam
Isak tangis peri lamat lamat khidmat
Comments
Post a Comment