Tiga puisi saya ditayangkan di Harian Banjarmasin Post (Edisi Minggu, 11 September 2016). Dapat dilihat pada tautan ini (Banjarmasin Post) . Berikut saya hadir disini ketiga puisi tersebut.
Perkara Poster Natalie Portman
Shalom! Sapamu dari balik dinding kaca kamarku
sedang aku tengkurap menyurukkan kepala yang ditumbuhi
akar-akar liarkau menarik malam sampai memanjang seperti batang pinang
lalu kau geraikan ranting-rantingnya pada lengkung pinggang
seperti hendak menutupi sintal pahamu yang tersingkap
“biarkan saja begitu, tidak perlu menebar malu”
lalu kau berkhotbah serupa rabbi dalam sinagog agung di pinggiran Yerusalem
mauku sesekali kudatangi kotamu tapi katamu
tenda-tenda sudah penuh diisi bocah-bocah tanpa ibu
sebab katamu ibu-ibu telah mati karena mengejar pelangi
yang diambil tentara saat ronda malam
aku tak ambil peduli mendengarmu, hanya menatap
telingaku berhenti bekerja hanya mataku yang bergerilya
mencabuti akar-akar liar dari kepalaku yang sekarang merayap ke tubuhmu
ditengah-tengah setan yang bertempik mulutmu mengeluarkan kata
kau bilang kau tidak mau mecuri tidurku
lantas kau berlalu bersama angin malam sambil berucap: L'hitraot!
Perkara
Memanjat Kelapa
Ia dan beruk selalu akur, tahu cara menyulam nasib mujur
beruknya sudah paham mana kelapa yang sudah boleh diambilmana yang harus dibiarkan menua
Sehari sebelum ia dan beruk ke parak belakang rumah, guna memapah
kelapa ke bawah, si beruk nan buruk lupa cara memanjat
ia meminta si tuan berkeibaan membiarkannya menunggu di tanah
Sekarang si beruk merinding di bawah kelapa rindang menanti
tuan mendaki batang yang tinggi, si beruk tak sanggup
mendongak menatap langit yang hari itu bertingkah pongah
seperti hendak dihujamkannya bulir-bulir hujan
pada kepala beruk yang lupa cara memanjat kelapa
Kini kelapa yang bermasalah, tak sudi di petik lantas
tiba-tiba menjelma jadi putik, si tuan cemas sampai gemas
jangan-jangan mereka, kelapa-kelapa itu juga punya kepala
Ia menatapnya sambil menyusun siasat, ingin disantapnya
bulat-bulat butir-butir kelapa yang diduga punya kepala
sambil melesat ia meloncat serupa tupai yang terkesiap
kelapa yang bergelayut jatuh dalam sekali renggut
ripuh si beruk menangkapnya tak karuan
Perkara
Lulus Ujian
polisi kini tak lagi bisa disuap, begitu laporanmu sehari
sebelum aku ujian
padahal aku bukan hendak memberi mereka berlian, hanya
bermaksud membeli pujian,
perkara membawa seuntai nyanyian tentang remaja yang
baru pacaran
itu urusan belakang, bisa dibilang di balik pintu atau di bawah
mejaaku tidaklah mengapa, hanya membuka pintu yang tertutup dan mentup mulut
yang terbuka, walau tak diajarkan disekolah namun aku mahir dari lahir
bagiku tak masalah hidupku dimata-matai, selama tak
kehilangan mata
untuk aku membaca, sebab hanya dengan begitu aku bisa membeli
rasaguna merayu seorang wanita, karena setangkai bunga sekarang
sudah tak lagi mempan menggoda hatinya yang sudah rimbun
ditumbuhi segala macam bangunan dan perabotan
mungkin ada baiknya anak-anak diajar cara menangis tanpa air
mata sedari kecil
agar sewaktu mereka menangis tersedu karena ditinggal sang
waktupolisi tidak ikut ripuh mengelap jalan-jalan yang basah, sebab mereka
harus selalu berhadir saat upacara menaikkan bendera
Tulisan lainnya:
1. Vegetarian
2. Hikayat Tirai Besi
3. Pedro Paramo
4. Lelaki yang Kembali Menemukan Bayangan Melalui Mimpi
5. Ngaleut Sekolah Tempo Dulu
Comments
Post a Comment