Skip to main content

Tidak Ada New York Hari Ini




 Berikut ini adalah beberapa sajak karya Aan Mansyur dalam buku Tidak Ada New York Hari Ini. Buku kumpulan sajak ini merupakan sajak-sajak Aan Mansyur untuk fil AADC2. Kalau dalam buku Aan sebelumnya: Melihat Api Bekerja, ia berkolaborasi dengan ilustrator Emte, maka dalam buku ini ia berkolaborasi dengan Mo Riza, seorang fotografer yang bermukim di New York. 


BATAS


Semua perihal diciptakan sebagai batas.
Membelas sesuatu dari sesuatu yang lain.
Hari ini membatasi besok dan kemarin. Besok
batas hari ini dan lusa. Jalan-jalan memisahkan
seretan toko dam perpustakaan kata, bilik penjara
dan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh
tempat di mana pernah ada kita.


Bandara dan udara memisahkan New York
dan Jakarta. Resah di dadamu dan rahasia
yang menanti di jantung puisi ini dipisah
kata-kata. Begitu pula rindu, hamparan laut
dalam antarapulang dan seorang petualang
yang hilang. Seperti penjahat ikan dan kebaikan
dihalang uang dan undang-undang.


Seorang ayah membelah anak dari ibunya --
dan sebaliknya. Atau senyummu, dinding
di antara aku dan ketidawarasan. Persis
segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi
dari tidur.


Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu,
jurang antara kebodohan dan keinginanku
memilikimu sekali lagi.


CINTA

“In order to understand, I destroyed my self”- Fernando Pessoo

Hari-hari membakar habis diriku.
Setiap kali aku ingin mengumpulkan
Tumpukan abuku sendiri, jari-jariku
Berubah jadi badai angin.

Dan aku mengerti mengapa cinta diciptakan –



TIDAK ADA NEW YORK HARI INI

Tidak ada New York hari ini.
Tidak ada New York kemarin
Aku sendiri dan tidak berada di sini.
Semua orang adalah orang lain.

Bahasa Ibu adalah kamar tidurku.
Kupeluk tubuh sendiri.
Dan cinta – kau tak ingin aku
Mamatikan mata lampu.
Jendela terbuka
Dan masa lampau memasuki sebagai angin.
Meriang. Meriang. Aku meriang.
Kau yang panas di kening. Kau yang dingin dikenang.

Hari ini tidak pernah ada. Kemarin tidak nyata.
Aku sendiri dan tidak sedang menulis puisi ini. Semua
Kata tubuh mati semua.

Puisi adalah museum yang lengang.Masa remaja
dan negeri jauh. Jatuh dan patah. Foto-foto hitam
putih. Aroma kemeja ayah dan senyum perempuan
yang tidak membiarkanku merindukan senyum lain.
Tidak ada pengunjung. Tidak ada pengunjung.
Di balik jendela, langit sedang mendung

*
Tidak ada puisi hari ini. Tidak ada puisi hari kemarin.
Aku menghapus seluruh kota sebelum sempat menuliskannya.

Comments

Popular posts from this blog

Daftar Penerima Penghargaan Sastra: Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK) 2001-2018

Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK) adalah sebuah ajang penghargaan bagi dunia kesusastraan Indonesia yang didirikan oleh Richard Oh dan Takeshi Ichiki dan mulai dilaksanakan sejak tahun 2001. Acara ini, sebelumnya bernama Khatulistiwa Literary Award, namun berganti nama sejak tahun 2014. Pemenang KSK didasarkan pada buku kiriman peserta yang diseleksi secara ketat oleh para dewan juri. Penghargaan bagi insan dunia sastra nasional ini bisa dibilang sebagai acuan pencapaian kesusastraan nasional pada tahun tersebut dan merupakan salah satu ajang penghargaan sastra paling prestisius di negeri ini.  Sebagai pembaca, seringkali saya menjadikan karya-karya yang termasuk ke dalam nominasi, baik shortlist maupun longlist, sebagai ajuan karya-karya bermutu yang wajib dibaca. Meskipun kadang-kadang karya yang masuk nominasi sebuah penghargaan sastra, belum tentu best seller atau sukses dipasaran. Begitu juga dengan label bestseller pada halaman muka sebuah buku, tidak menjamin b...

Hegemoni Puisi Liris

(disampaikan dalam diskusi online @biblioforum) Secara sederhana puisi liris adalah gaya puitis yang menekankan pengungkapkan perasaan melalui kata-kata, dengan rima dan tata bahasa teratur yang terkadang menyerupai nyanyian. Subjektifitas penyair sangat menonjol dalam melihat suatu objek atau fenomena yang dilihatnya. Penyair liris menyajikan persepsi tentang realitas, meninggalkan ke samping objektivitas dan menonjolkan refleksi perasaannya atas suatu gejala atau fenomena. Secara umum, perkembangan puisi liris adalah anak kandung dari kelahiran gerakan romantisisme pada seni pada awal akhir abad ke-18. Romantisisme lahir sebagai respon atas rasionalisme dan revolusi industri yang mulai mendominasi pada masa itu. Kala itu aliran seni lebih bercorak renaisans yang lebih menekankan melihat realita secara objektif. Lirisme dalam puisi lahir sebagai akibat dari berkembangnya gerakan romantisisme yang menekankan glorifikasi atas kenangan indah masa lalu atau tentang alam ...

Makna Asketisme di Balik Narasi Fantasi Semua Ikan di Langit

sumber gambar: goodreads.com “ Pada suatu hari, seekor ikan julung-julung membawa saya terbang. ”(hal 2) Cerita fantasi terkadang tidak hanya berpijak di atas landasan khayalan dan imajinasi liar penulis belaka. Adakalanya, sebagaimana didedahkan John Clute and John Grant dalam The Encyclopedia of Fantasy, kisah mitologi dan simbol-simbol religiositas dapat pula jadi bantalan ketika cerita dilentingkan. Sehingga, merujuk mereka, dibalik teks-teks fantasi, akan selalu didapati makna-makna partikular yang bersembunyi dibalik simbol-simbol yang digunakan pengarang. Mungkin pada mulanya adalah George MacDonald yang pertama kali meneroka lanskap fantasi bagi ranah kesusastraan di pertengahan abad ke-19. Ia, melalui The Princess and The Goblin, memukau pembaca sastra Inggris dengan menghadirkan suatu gaya bertutur dan isi cerita yang baru. Sesuatu yang lain. Melalui cerita tentang cerita seorang putri raja yang hidup kesepian di istana di puncak gunung, MacDonald membuat wilay...