Skip to main content

Data dan Fakta Perbukuan Nasional





  • Jumlah penerbit nasional (anggota Ikapi): 1.328 penerbit. Terdiri dari penerbit besar, penerbit menengah, penerbit kecil dan self-publisher yang berbadan hukum. 80% berlokasi di Pulau Jawa.
  • Dari 1.328 penerbit anggota Ikapi, yang masuk dalam kategori aktif (minimal menerbitkan 10 judul buku per tahun) adalah sebanyak 711 penerbit atau 54%.
  • Ada 109 penerbit non-Ikapi yang juga aktif menerbitkan dan memasarkan buku di jejaring toko buku modern dan tradisional.
  • Jumlah buku terbit dalam setahun adalah sekitar 30.000 judul buku. Hanya sedikit diatas Vietnam dan Malaysia dengan jumlah penduduk yang jauh di bawah Indonesia, Bahkan Jepang menerbitkan lebih dari 40.000 judul buku per tahun, dengan jumlah penduduk kurang dari setengah penduduk Indonesia.
  • Sebanyak 66% penerbit menerbitkan       buku    dalam    jumlah    tiras  3.000   eksemplar     per  judul.
  • Penerbit   yang   menerbitkan   dengan   tiras   5.000   eksemplar   sebanyak 19%, tiras 10.000 eksemplar sebesar 12%. Adapun pencetakan 15.000 ekemplar per judul sebesar 3% untuk buku-buku laris.
  • Jumlah belanja buku seluruh penduduk Indonesia adalah Rp. 14 triliun dalam setahun. Atau hanya Rp. 54.000 per populasi, seharga satu buku dalam satu tahun. Mengalahkan belanja pakaian seluruh penduduk Indonesia dalam satu tahun yaitu Rp. 113 Triliun, atau belanja konsumsi di luar negeri Rp. 54 Triliun.
  • Mayoritas penerbit hanya bisa menjual 50% buku terbitan baru mereka dalam tahun pertama. Hanya ada 5% penerbit yang bisa menjual mencapai 80% buku terbitan dalam satu tahun.
  • 61% penjualan dan pemasaran buku nasional dikuasai oleh TB Gramedia.
  • Data    Unesco   2012   menunjukkan      bahwa   angka   minat   baca   di  Indonesia adalah 0,001. Artinya, hanya ada 1 dari 1.000 orang penduduk  Indonesia   yang   memiliki   minat   baca   serius.   Jika   jumlah   penduduk  Indonesia pada 2015 sebanyak 252,2 juta penduduk, hanya ada 252.200  orang yang memiliki minat baca serius. Angka tersebut tentu jauh dari  angka kelas menengah Indonesia yang mencapai 150 juta orang.  
  • Dari data Unesco tersebut minat baca di Indonesia masuk ke peringkat nomor dua paling buncit dari 61 negara.
  • Terdapat 302.812 jumlah perpustakaan di seluruh Indonesia, mulai dari perpustakaan komunitas, perpustakaan sekolah dan perguruan tinggi, perpustakaan umum daerah dan 1 perpustakaan nasional.
  • Di Thailand, hingga tamat dari SMA seorang siswa harus tamat membaca buku hingga 5 Judul. Sementara di Singapura dan Malaysia 6 judul buku, di Jepang 15 judul buku. Negara-negara maju seperti Jerman, Perancis, Belanda mewajibkan siswa SMA harus menamatkan hingga 22-32 judul buku. Sedangkan di Indonesia, tidak ada kewajiban untuk menamatkan satu judul buku pun, hanya kewajiban mambaca 15 menit setiap hari bagi siswa sekolah sejak tahun 2014.


Sumber:  - Ikapi
                -BPS

Comments

Popular posts from this blog

Daftar Penerima Penghargaan Sastra: Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK) 2001-2018

Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK) adalah sebuah ajang penghargaan bagi dunia kesusastraan Indonesia yang didirikan oleh Richard Oh dan Takeshi Ichiki dan mulai dilaksanakan sejak tahun 2001. Acara ini, sebelumnya bernama Khatulistiwa Literary Award, namun berganti nama sejak tahun 2014. Pemenang KSK didasarkan pada buku kiriman peserta yang diseleksi secara ketat oleh para dewan juri. Penghargaan bagi insan dunia sastra nasional ini bisa dibilang sebagai acuan pencapaian kesusastraan nasional pada tahun tersebut dan merupakan salah satu ajang penghargaan sastra paling prestisius di negeri ini.  Sebagai pembaca, seringkali saya menjadikan karya-karya yang termasuk ke dalam nominasi, baik shortlist maupun longlist, sebagai ajuan karya-karya bermutu yang wajib dibaca. Meskipun kadang-kadang karya yang masuk nominasi sebuah penghargaan sastra, belum tentu best seller atau sukses dipasaran. Begitu juga dengan label bestseller pada halaman muka sebuah buku, tidak menjamin b...

Hegemoni Puisi Liris

(disampaikan dalam diskusi online @biblioforum) Secara sederhana puisi liris adalah gaya puitis yang menekankan pengungkapkan perasaan melalui kata-kata, dengan rima dan tata bahasa teratur yang terkadang menyerupai nyanyian. Subjektifitas penyair sangat menonjol dalam melihat suatu objek atau fenomena yang dilihatnya. Penyair liris menyajikan persepsi tentang realitas, meninggalkan ke samping objektivitas dan menonjolkan refleksi perasaannya atas suatu gejala atau fenomena. Secara umum, perkembangan puisi liris adalah anak kandung dari kelahiran gerakan romantisisme pada seni pada awal akhir abad ke-18. Romantisisme lahir sebagai respon atas rasionalisme dan revolusi industri yang mulai mendominasi pada masa itu. Kala itu aliran seni lebih bercorak renaisans yang lebih menekankan melihat realita secara objektif. Lirisme dalam puisi lahir sebagai akibat dari berkembangnya gerakan romantisisme yang menekankan glorifikasi atas kenangan indah masa lalu atau tentang alam ...

Makna Asketisme di Balik Narasi Fantasi Semua Ikan di Langit

sumber gambar: goodreads.com “ Pada suatu hari, seekor ikan julung-julung membawa saya terbang. ”(hal 2) Cerita fantasi terkadang tidak hanya berpijak di atas landasan khayalan dan imajinasi liar penulis belaka. Adakalanya, sebagaimana didedahkan John Clute and John Grant dalam The Encyclopedia of Fantasy, kisah mitologi dan simbol-simbol religiositas dapat pula jadi bantalan ketika cerita dilentingkan. Sehingga, merujuk mereka, dibalik teks-teks fantasi, akan selalu didapati makna-makna partikular yang bersembunyi dibalik simbol-simbol yang digunakan pengarang. Mungkin pada mulanya adalah George MacDonald yang pertama kali meneroka lanskap fantasi bagi ranah kesusastraan di pertengahan abad ke-19. Ia, melalui The Princess and The Goblin, memukau pembaca sastra Inggris dengan menghadirkan suatu gaya bertutur dan isi cerita yang baru. Sesuatu yang lain. Melalui cerita tentang cerita seorang putri raja yang hidup kesepian di istana di puncak gunung, MacDonald membuat wilay...