Detail Buku
Judul: My Grandmother Asked Me to Tell You She’s Sorry
Judul asli: Min mormor hälsar och säger förlåt
Penulis: Fredrick Backman
Penerjemah: Jia Effendie
Penerbit: Penerbit Noura (Mizan Group)
Tebal: 496 hlm
Cetakan: I, November 2016
“Hanya orang-orang berbeda yang mengubah dunia. Tidak ada orang normal yang mengubah apa pun.”(hal 115)
Memiliki seorang nenek yang memiliki imajinasi yang kaya dan gemar mendongeng adalah satu keberuntungan yang tidak dimiliki oleh semua anak kecil. Itu yang dirasakan Elsa, gadis kecil yang baru 7 tahun, dan neneknya sudah lanjut, 77 menuju 78. Neneknya telah mendongeng sejak lama, nyaris sepanjang umur Elsa. Melalui dongengnya, Nenek membawa Elsa ke Miamas, sebuah kerjaan di Tanah-Setengah-Terjaga, dunia rekaan sang nenek. Dalam menyampaikan dongengnya, sang nenek memaikai bahasa rahasia yang hanya dipahami mereka berdua, sehingga orang lain tak dapat mencuri dengar apa yang mereka ceritakan. Polisi dibuat bingung ketika mereka memakai bahasa rahasia saat mereka dibawa ke kantor polisi karena nenek menyetir mobil tanpa sim.
Ketika sang nenek meninggal, Elsa begitu terpukul, karena ia tak pernah diberitahu tentang penyakit kanker yang menyerang nenek. Elsa hanya dititipkan sebuah surat sepeninggal neneknya. Dan ia harus memberikan surat tersebut ke sebuah makhluk yang disebut sebagai monster. Melalui sang monster, seekor anjing yang dipangil Teman Kita dan makhluk fantasi lainnya yang datang dari dunia dongeng, Elsa mulai memahami neneknya.
Elsa adalah gadis kecil yang berbeda dari teman sebayanya. Ia berbicara memakai bahasa yang terdengar seperti orang dewasa dan mengetahui pengetahuan tertentu yang tak lazim diketahui bocah seumurnya. Ia mempelajarinya dari Wikipedia dan ia adalah seorang pembaca yang rakus. Hal demikian membuatnya sering menjadi objek perundungan oleh teman-temannya. Seringkali ia pulang dari sekolah dengan muka dan badan lecet karena dipukuli teman-temannya. Ia diejek teman-temannya karena memakai syal Gryffindor yang dianggap jelek. Hal itu terjadi karena mereka menganggap Elsa adalah anak yang berbeda, dan itu pun diamini oleh guru-guru. Sehingga kepala sekolah menyuruh Elsa untuk mengubah sifatnya agar sama dengan anak lainnya atau ia harus konsultasi ke psikolog. Jelas Elsa marah disebut sebagai anak tidak normal. Dan Nenek adalah orang yang selalu mendukung Elsa untuk tidak takut berbeda. Melalui dongeng neneknya, hari-hari Elsa penuh diisi oleh cerita petualangan.
Sedikit banyak, karakter Elsa mengingatkan saya pada tokoh Salva di novel Ziggy, Di Tanah Lada, salah satu pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2014. Jika Salva terobsesi dengan kamus, maka Elsa terobsesi dengan Wikipedia. Ia mengecek Wikipedia setiap kali ia mendengar satu hal yang tak diketahuinya.
“Tidak ada hal paling menakutkan bagi siapa pun selain sesuatu yang tak diketahui.” (hal 114)
Tersebab kekagumannya pada dongeng di Tanah-Setengah-Terjaga, Elsa pun memimpikan menjadi <strike> Doraemon </strike> pahlawan super. Dan, setelah kematian neneknya, ia melanjutkan petualangannya dengan tokoh-tokoh di negeri tersebut yang datang ke kehidupan Elsa.
“Terkadang, tempat paling aman adalah ketika kau pergi ke tempat yang tampaknya paling berbahaya.” (hal 114)
Resensi lainnya:
1. The Girl on The Train, Paula Hawkins
2. The Vegetarian, Han Kang
3. Big Breast Wide Hips, Mo Yan
4. Destination Unknown, Agatha Christie
5. Nobody's Children, Hana Hindrakova
Hai teman blogger sekarang untuk menonton film sangat mudah, bagi pecinta drama korea sekarang bisa nonton di smartphone anda, cukup download MYDRAKOR di GooglePlay gratis, MYDRAKOR banyak film drama korea pilihan dan terbaru. MYDRAKOR.
ReplyDeletehttps://play.google.com/store/apps/details?id=id.mydrakor.main&hl=in
https://www.inflixer.com/
permisi kak maaf nih mengganggu. nilai politik,sosial, agama, pendidikan, dan budaya dari novel ini apa ya? besok kumpul nih tugasnya
ReplyDelete