(sumber: goodreads.com)
Meski edisi terjemahan bahasa Indonesia novelis
peraih Nobel Sastra ini sudah lama terbit, namun Serambi, si penerbit edisi
Indonesia, sepertinya merasa perlu tetap mempertahankan judul edisi bahasa
Inggris; Big Breast Wide Hips. Besar dugaan disebabkan karena tidak ingin
membuat kekacauan publik atau huru-hara massa di tengah kehidupan sosial kita yang
sudah terlanjur panas akhir-akhir ini. FPI dan ormas-ormas ‘lu harus nurut’
lainnya akan menggeledah toko buku yang kedapatan menjual novel ini dengan tuduhan
pornografi, cabul dan merusak moral anak bangsa.
Bagaimana tidak, jika dialihbahasakan ke bahasa
Indonesia, maka ada tiga kemungkinan judul yang bisa dipakai:
1.
Payudaya Besar Pinggul Lebar
2.
Payudara Molek Pantat Yahud
3.
Toket Gede Pantat Besar alias Toge Pasar
Pilihan terakhir terdengar begitu nakal dan memiliki
potensi dicekal paling besar dan kemungkinan bisa langsung dibakar di tempat
oleh orang-orang berjubah. Tapi, ya sudahlah ya. Yang penting isinya dapat kita
nikmati tanpa perlu cek google translate tiap sebentar.
Sebagaimana judulnya, Mo Yan menampilkan kecantikan
dan pesona para perempuan China pertengahan abad ke-20 dalam cerita keluarga besar
Shangguan Lu, seorang perempuan tangguh yang membesarkan anak dan cucunya dalam
pergelokan politik China pada masa itu. Sepintas cerita keluarga ini
mengingatkan kita pada dinasti Jose Arcadio Buendia di Macondo gubahan Gabriel
Garcia Marquez.
Meski dibalut oleh cerita kemolekan tubuh keluarga
Shangguan Lu dan cerita-cerita fantastis cum mistis khas China, novel
ini patut benar kita lihat sebagai usaha menarasikan kisah pergolakan politik China pasca
kejatuhan Dinasti Qing, masa pendudukan Jepang hingga pertarungan perebutan
kekuasaan antara komunis dan Kuomintang.
Cerita disampaikan melalui narator orang pertama,
Shangguan Jintong, anak laki-laki satu-satunya di keluarga itu yang didapatkan
Sangguan Lu dengan berbagai cara. Ia rela dihamili oleh laki-laki manapun untuk
mendapatkan keturunan anak laki-laki. karena selama delapan kali melahirkan, ia
hanya melahirkan anak perempuan yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat
pada masa itu. Di sini, Mo Yan menyampaikan pandangannya mengenai kesetaraan
gender dan feminisme dengan begitu subtil melalui si narator. Shangguan Jintong
sudah terobsesi dengan payudara besar sejak bayi karena dapat menghasilkan susu
yang banyak, dan ia adalah peminum susu yang rakus bahkan hingga umur 40an
tahun.
Cerita realisme magis khas Amerika Latin dapat pula
kita jumpai dalam novel setebal 700an halaman ini. Salah seorang kakak
perempuan Jintong, pada suatu siang tiba-tiba berubah menjadi seekor burung karena
menolak dinikahkan dengan paksa dengan seorang pemuda kaya. Potret penindasan
terhadap perempuan tergambar dengan gamblang di sini. Bagaimana perempuan
dijadikan komoditi yang dapat diperjualbelikan demi memenuhi kebutuhan hidup
dan tujuan-tujuan pragmatis lainnya.
Mo Yan sangat lihai merancang cerita dengan kalimat
yang sangat deskriptif, terkesan naturalis, dengan ritme antar adegan yang
cukup cepat yang membuat cerita mengalir tanpa terasa sudah tiba di penghujung.
Banyakya tokoh dalam novel ini membuat kita harus mengingat baik-baik setiap
karakter yang terlibat dan siapa yang sedang diceritakan. Akhirmya ini adalah
novel kelas dunia yang wajib dibaca sebagai salah satu karya penulis Asia
terbaik, menurut saya. Selamat membaca. []
Hai teman blogger sekarang untuk menonton film sangat mudah, bagi pecinta drama korea sekarang bisa nonton di smartphone anda, cukup download MYDRAKOR di GooglePlay gratis, MYDRAKOR banyak film drama korea pilihan dan terbaru. MYDRAKOR.
ReplyDeletehttps://play.google.com/store/apps/details?id=id.mydrakor.main&hl=in
https://www.inflixer.com/