(sumber: goodreads.com)
Detail Buku
Judul: PEDRO
PARAMOJudul asli: Pedro Paramo
Penulis: Juan Rulfo
Penerjemah: Luthfi Mardiansyah
Penerbit: Penerbit Gambang
Tebal: 243 hlm
Cetakan: I, Sepetember 2016
“Di sini, di mana udara terasa begitu ganjil,
suara-suara itu kudengar jauh lebih jelas. Suara-suara itu ada dalam diriku,
begitu nyaring dan bising (hal 9).
Juan
Rulfo sepanjang hidupnya hanya menghasilkan dua karya sastra, yaitu kumpulan
cerpen The Burning Plain and Other Stories (1953) dan novel Pedro
Paramo (1955). Padahal ia berumur panjang, 68 tahun. Namun dengan jumlah
karya yang minimal, ia telah memainkan peran sangat penting dalam khazanah
kesusastraan Amerika Latin. Ia mempengaruhi penulis Amerika latin setelahnya
dengan istilah yang kelak dikenal sebagai realisme magis. Gabriel Garcia
Marquez mengakui bahwa ketika ia menulis One
Hundred Years of Solitude, ia menemui kebuntuan, lalu ia kembali
tercerahkan setelah membaca Pedro Paramo. “Sastra Amerika Latin tak kan pernah
lahir tanpa Juan Rulfo,” kata Marquez.
Tidak
banyak pengarang yang menghasilkan karya fenomenal hanya dalam jumlah karya minimal.
Banyak pengarang seperti perlu menerbitkan beberapa karya pengantar yang
memperkenalkan dirinya ke dunia sastra sebelum menelurkan marster piece yang diperbincangkan semua kalangan dalam rentang
waktu yang panjang. Bisa jadi, melahirkan karya-karya pendahulu sebelum
lahirnya sebuah adikarya merupakan bagian dari proses kelahiran itu sendiri. Sependek
pengetahuan saya, selain Juan Rulfo, Harper Lee juga salah satu dari jenis
sastrawan dengan kuantitas karya minimal namun pengaruh yang fenomenal. Harper
Lee sepanjang 89 tahun hidupnya, pun hanya menerbitkan dua buku; To Kill A Mocking Bird dan Go Set A Watchman. Namun keduanya
mendapatkan apresiasi yang luas dan dipuji banyak kritikus. Hadiah Pulitzer
Prize 1961 pun semata-mata ia raih hanya dari novel pertama. Novel keduanya muncul setengah abad kemudian.
Praktis ia hanya menelurkan satu karya dalam rentang waktu 50 tahun, sebelum
disusul novel keduanya.
Bila
kita mengamini fatwa Vladimir Nabokov yang menitahkan bahwa jika kita hendak
menilai dan memahami seorang pengarang maka kita harus membaca seluruh karya
yang pernah ia lahirkan, maka Juan Rulfo adalah salah satu pengarang yang
paling mungkin dan mudah untuk diperlakukan demikian. Dengan membaca seluruh
karyanya, hanya dua, seharusnya kita dapat menyingkap wawasan dan visi
kepenulisaanya.
* * *
Pedro
Paramo adalah novel pertama sekaligus karya terakhir Juan Rulfo yang edisi
Indonesianya baru saja diterbitkan oleh Penerbit Gambang pada September 2016
yang lalu. Novella setebal 243
halaman ini dibuka dengan kisah sederhana tentang seorang anak muda bernama Juan
Preciado yang diamanatkan ibunya untuk mencari ayahnya, Pedro Paramo, di sebuah
kota yang tidak pernah ia kunjungi sebelumnnya, Comala. Sesaat setelah ibunya
meninggal, Juan Preciado melakukan perjalanan sendiri ke Comala demi menelusuri
kehidupan ayahnya yang tak pernah ia kenal sebelumnya.
Meski
sang anak tak bisa lagi menemui ayahnya secara lahir, namun ia dapat menelusuri
alur kehidupan Pedro Paramo dan dialektikanya dengan latar Comala yang baru
dilahirkan. Bagaimana konflik politik begitu menentukan alur sejarah Comala dan
warganya. Juan Preciado dapat merasakan
Comala
menjadi sebuah etalase tragedi dan komedi kehidupan yang penuh dengan intrik
dan politik perebutan kekuasaan. Pedro Paramo, ayah yang tak pernah dikenalnya,
merupakan tokoh penting yang membentuk lanskap Comala serupa yang dapat
dibayangkannya.
Melalui Pedro Paramo, Juan
Rulfo menggambarkan lanskap Meksiko dengan rinci dan dramatis. Kemiskinan,
korupsi, kekacauan dan revolusi besar-besaran yang terjadi pada latar seperti
itu, sedemikian rupa telah menyeret Juan Preciado pada dunia yang sumir, dengan
batas tak kentara antara khayalan dan kenyataan. Orang-orang yang memainkan
peran penting pada peradaban kota Comala dulunya muncul kembali di hadapannya
dalam bentuk bayangan yang tampak nyata. Ia seringkali harus bertanya kepada
orang yang ditemuinya apakah mereka nyata atau hanya bayangan belaka. Hingga
pada momen tertentu, batas antara khayalan dan kenyataan menjadi tak lagi
berguna. Keduanya sama-sama bertolak dari pikiran dan impian manusia akan
sesuatu, di wilayah itulah manusia memelihara harapan demi kehidupan yang lebih
patut.
* * *
Meski
Pedro Paramo adalah novel satu-satunya karya Juan Rulfo, namun ia telah menjadi
tonggak penting dalam sejarah kesusastraan Amerika Latin. Pedro Paramo, dengan
premis utama perihal wilayah samar antara wacana dan kenyataan, khayalan dan
kenyataan, telah sahih menjadi sebuah novel sempurna tanpa cela. Juan Rulfo dengan
cemerlang menyampaikan gagasannya dalam artikulasi yang sangat menawan.
Mungkin
Juan Rulfo menyadari bahwa Pedro Paramo telah sampai ke tahap perfeksi sebuah
novel, sehingga ia tak perlu lagi menerbitkan karya terbaru. Juan Rulfo
kemudian mendedikasikan hidupnya dalam tugas-tugas kemanusiaan dan membantu
masyarakat miskin di Meksiko.[.]
1. Vegetarian
2. Hikayat Tirai Besi
3. The God of Small Thing
4. Lelaki yang Kembali Menemukan Bayangan Melalui Mimpi
5. Ngaleut Sekolah Tempo Dulu
Artikel menarik... Favorit ku Gabrial Gracia Marquez. Baca wawancara dengan Gabriel (imajiner) di “stenote-berkata” dot “blogspot” dot “com” di folder September 2017.
ReplyDeleteUlasan yang mantab.
ReplyDelete