Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Belajar Bermain Gitar

Kau mengharapkan aku hafal puisi Sylvia Plath Yang baru sekali kaubaca dari buku curian di perpustakaan Kau menginginkanku memugar kamar untuk ranjang anyar Yang sesekali kau tiduri tanpa bekas napas pada bantal Kau menghendaki aku mengantar hujan ke Sahara Di tengah kerontang tubuhmu searoma magnolia Kau seperti musisi ternama yang berharap lagumu Kunyanyikan di dalam kamar mandi di malam hari Kau serupa guru-guru sekolah yang menyuruhku tidur sebelum aku menemukan rumah untuk kembali Kau bagai angin petang penghantar hujan jatuh di pelupuk mata sebelum kau menyaksikan Sebelum kau menyanyikan sesuatu Aku akan belajar bermain gitar Pada penyanyi kesayanganmu Aku akan melagukan puisi Sylvia Plath Yang tak sempat ia tulis untukmu 2016

Batas Tipis Antara Kenyataan dan Khayalan Pedro Paramo

(sumber: goodreads.com) Detail Buku Judul: PEDRO PARAMO Judul asli: Pedro Paramo Penulis: Juan Rulfo Penerjemah: Luthfi Mardiansyah Penerbit: Penerbit Gambang Tebal: 243 hlm Cetakan: I, Sepetember 2016 “Di sini, di mana udara terasa begitu ganjil, suara-suara itu kudengar jauh lebih jelas. Suara-suara itu ada dalam diriku, begitu nyaring dan bising (hal 9). Juan Rulfo sepanjang hidupnya hanya menghasilkan dua karya sastra, yaitu kumpulan cerpen The Burning Plain and Other Stories (1953) dan novel Pedro Paramo (1955). Padahal ia berumur panjang, 68 tahun. Namun dengan jumlah karya yang minimal, ia telah memainkan peran sangat penting dalam khazanah kesusastraan Amerika Latin. Ia mempengaruhi penulis Amerika latin setelahnya dengan istilah yang kelak dikenal sebagai realisme magis. Gabriel Garcia Marquez mengakui bahwa ketika ia menulis One Hundred Years of Solitude , ia menemui kebuntuan, lalu ia kembali tercerahkan setelah membaca Pedro Paramo. “Sastra Amerika

Kiat Sukses Memahami ‘Kiat Sukses Hancur Lebur’

"pada akhirnya, mau lele atau ayam atau tempe atau soto, semuanya sama saja: meledak di jamban." (Bab VI: Arahan Seputar Budi Daya Lele, h. 154) Pada awal abad XX, ditengah berkecamuknya perang dunia I (1914-1918) di Eropa tumbuh suatu gerakan kebudayaan yang diprakarsai oleh para seniman dan budayawan guna menunjukkan sikap netralitas dan tak mau terlibat dalam suasana perang yang semakin berkecamuk dan mengerikan. Sebuah bar di swiss, Cabaret Voltaire, menjadi tempat berkumpul para budayawan dan seniman yang menggagas gerakan ini. Mereka menyebut gerakan yang mereka jalani dengan kata Dada , yang kemudian dikenal sebagai Dadaisme . Sikap perlawanan mereka bertujuan untuk tidak memihak atas seni dan budaya yang mulai dikotomis akibat perang karena kepentingan politik. Mereka tidak mau terikat dalam batas-batas apa yang diterima sebagai norma dalam suatu seni dan kebudayaan. Awalnya gerakan ini meliputi seni lukis dan visual, kemudian meluas ke ranah kebudayaan

Mengais Sampah Demi Rupiah

Mengais sampah demi rupiah Awan hitam yang sedari tadi menggantung di langit Kota Bandung akhirnya tumpah menjadi hujan. Bulir-bulirnya jatuh bergulir dari angkasa, mengencingi segala sesuatu di bawahnya, termasuk hamparan rumput sintetis Alun-Alun Kota Bandung. Seorang pria setengah baya yang dari tadi menggeledah tiap-tiap tong sampah yang ada di pinggir taman itu harus segera menepi ke sebuah bangunan untuk berteduh. Dengan bergegas, ia menyeret sebuah kantong plastik besar yang dari tadi dibawanya. Heru Santoso, anggaplah namanya begitu, mulai membongkar kantong plastik besar bawaanya sambil menunggu hujan reda. Ia memilah barang-barang hasil pungutannya, memisahkan antara benda-benda plastik dengan kaleng dan kertas. Hasil pungutannya hari ini belum seberapa, tidak lebih dari 4 kilogram. Dengan harga beli barang bekas dan rongsokan plastik, kertas dan kaleng di pengepul sekitar Rp 2.000 – Rp 2.500 per kilogram, maka pendapatannya hari itu tidak lebih Rp 10.000. Jika t

Ketika Agama Tak Lagi Menyejukkan

“All things are subject to interpretation. Whichever interpretation prevails at a given time is a function of power and not truth.” (Friedrich Nietzsche) Dalam beberapa pekan terakhir saya agak malas membuka akun media sosial. Kalaupun harus memantau twitter dan membuka inbox facebook untuk membalas pesan-pesan dari para fans (anggaplah seperti itu J ), saya melakukannya dengan secepat kilat. Sebisa mungkin saya langsung memilih pesan masuk tanpa harus melihat timeline . Bagaimana tidak, timeline media sosial akhir-akhir ini dipenuhi makian, cacian dan cercaan terkait masalah Ahok dalam Pilkada Jakarta dan perkataan bliau yang dianggap sebagai penistaan agama oleh sebagian kalangan. Meski sebagian orang-orang yang mengecam pun hanya melihat cuplikan pendek sekian menit pidato sambutan bliau, atau malah tanpa pernah melihat cuplikan video tersebut. Genderang perang sepertinya telah ditabuh. Dua kubu yang pro dan kontra ramai-ramai saling berebut mengisi linimasa de

Tiga Puisi Di Buruan.Co

Berikut tiga puisi saya yang tayang di Buruan.Co. Klik disini. Pertokoan dan Lampu Kota Pertokoan telah mempercepat pergantian hari dalam sekejap matahari tergelincir di balik bangunan tiap malam membuat bayangan yang ranum menawan menggoda para pelancong datang berbondong Orang-orang dewasa menatap ke dalam dari luar pintu membawa bekal uang hasil kerja beberapa minggu dari negeri-negeri miskin di seberang, tempat mereka menukar waktu dan sedikit peluh dengan kesenangan Bocah-bocah kecil berlarian di jalanan legam mengejar bayangan mereka sendiri, sambil bersembunyi dari kejaran pancaran lampu kota Kemudian anak-anak dan orangtua berkumpul di taman memotret diri mereka demi membuat sebuah nostalgia setelah itu mereka berpura-pura menjadi bahagia di atas tanah yang bukan lagi milik mereka Aku Menemukanmu Di Mana-mana sesaat setelah bayangmu lenyap di balik pintu pada suatu malam dingin tanpa angin aku kembali menemukanmu di mana-mana terkadang kutemukan

Menikmati Eksplorasi Menulis dan Kenakalan Eka Kurniawan Dalam Novel O

goodreads.com " Bukan cinta yang membuat kita buta, tapi keyakinan ." – O Penulis, sebagaimana juga pekerja kreatif lainnya, tidak hanya dituntut untuk melahirkan karya-karya bagus yang menghibur pembaca, namun juga dituntut menghadirkan karya-karya yang selalu menghadirkan karya yang berbeda dari karya sebelumnya. Penulis harus berani melakukan eksplorasi gaya kepenulisannya, teknik penceritaan dan lainnya demi menyuguhkan karya menarik yang berbeda dari sebelumnya. Adalah suatu kemandegan dalam proses kreatif jika penulis melulu menyajikan cerita dengan gaya yang sama. Pembaca akan merasa cepat bosan dan dapat menebak arah cerita, alih-alih terhibur dengannya.

Menelusuri Kampung Dobi: Menakar Cadangan Air Kota Bandung

Masalah kekurangan pasokan air bersih Kota Bandung telah lama mencuat dalam beberapa tahun ke belakang. Pada tahun 2015, beberapa kecamatan mengalami kelangkaan air bersih yang sangat parah. Masyarakat mendapati bak-bak penampungan air mereka kosong dan sumber mata air berhenti mengalirkan salah satu kebutuhan primer mereka. Berubahnya fungsi ekologi pada beberapa kawasan berakibat pada berkurangnya kawasan imbuhan air tahan ( groundwater recharge area ). Pembangunan yang berjalan tidak mengikuti acuan rencana tata ruang kota telah merubah daerah-daerah resapan air menjadi tanah yang dilapisi beton-beton penyangga gedung-gedung bertingkat. Mengakibatkan berkurangnya jumlah air yang dapat dialirkan dari daerah resapan ke lapisan pembawa air (akuifer). Belum lagi pengambilan air tanah dalam melalui sumur pemboran yang melebihi kapasitas, mengakibatkan penurunan muka air tanah 2-4 meter/tahun, bahkan pada beberapa daerah industri mencapai 6 meter/tahun.(Irawan, 2009). Padahal Untuk m

Deep philosophical things wrapped in amusing chronicle

On the latest movies nite, I watched a splendid French movie, titled Le Premier Jour du reste de ta vie , or The First Day of the Rest of Your Life. It was released in 2008 and has gained Cesar Award in France as Best Editing and nominated as Best Film. It’s a dark yet funny movie. The main themes of this movie is telling about five key days in the life of a five person family that change the rest of their life. The two sons, Albert and Rapheal, the daughter Fleur, mother Marie-Jeanne and father Robert, make up the Duval family. They are dysfunctional, yet they always watch out for each other and stick together. The story is told in five parts, each one showing an important moment in each person’s life. While the film is a drama, there are also many very funny moments.

Pergumulan Seorang Penulis Dengan Kelaparan

“Ya Tuhan, Yang Empunya surga dan dunia, aku rela menukar satu hari hidupku untuk satu detik bahagia! Seluruh hidupku untuk sepiring kacang merah! Dengarlah padaku satu kali ini saja!” (Lapar, hal 190) Saya membaca roman klasik berjudul asli Sult (Bahasa Norwegia) yang terbit tahun 1890 ini setelah mengetahuinya dari jurnal Eka Kurniawan yang menyebut bahwa ia tak akan menjadi penulis bila tak pernah membaca karya penerima hadiah nobel sastra 1920 ini. Dan setelah selesai membaca “Lapar” ini, saya dapat memahami hal tersebut. Dalam karya yang dianggap melambungkan namanya ini, Knut Hamsun menggambarkan, tokoh utama ‘aku’ sebagai seorang penulis lepas yang berjuang melawan hidupnya terlunta-lunta, ditengah ambisinya menjadi penulis dan berusaha terus menulis suatu karya yang ia pikir akan melambungkan namanya suatu saat.

Perpustakaan Kineruku Bandung

Bagi yang menetap di Bandung atau sedang mengunjungi Bandung, Perpustakaan Kineruku adalah salah satu tempat yang musti disambangi bagi para pecinta buku. Berlokasi di jalan Hegarmanah, di kawasan asri nan adem dan jauh dari hiruk pikuk keramaian, perpustakaan ini menyajikan buku-buku beragam dan berkualitas untuk dipinjamkan, baik untuk dibaca di tempat maupun dibawa ke rumah. Rak-rak dipenuhi bebuku di ruang utama Kineruku

Puisi di Harian Banjarmasin Post, edisi Minggu, 11 September 2016

Tiga puisi saya ditayangkan di Harian Banjarmasin Post (Edisi Minggu, 11 September 2016). Dapat dilihat pada tautan ini (Banjarmasin Post) . Berikut saya hadir disini ketiga puisi tersebut. Perkara Poster Natalie Portman Shalom! Sapamu dari balik dinding kaca kamarku sedang aku tengkurap menyurukkan kepala yang ditumbuhi akar-akar liar kau menarik malam sampai memanjang seperti batang pinang lalu kau geraikan ranting-rantingnya pada lengkung pinggang seperti hendak menutupi sintal pahamu yang tersingkap “biarkan saja begitu, tidak perlu menebar malu” lalu kau berkhotbah serupa rabbi dalam sinagog agung di pinggiran Yerusalem mauku sesekali kudatangi kotamu tapi katamu tenda-tenda sudah penuh diisi bocah-bocah tanpa ibu sebab katamu ibu-ibu telah mati karena mengejar pelangi yang diambil tentara saat ronda malam aku tak ambil peduli mendengarmu, hanya menatap telingaku berhenti bekerja hanya mataku yang bergerilya mencabuti akar-akar liar dari kepalaku yang seka

Puisi Harian Haluan, Minggu, 14 Agustus 2016

Tiga puisi saya dimuat di Harian Haluan, harian lokal Sumatera Barat, edisi Minggu, 14 Agustus 2016. Berikut saya hadirkan disini ketiga puisi tersebut. Pulang Kampung Ke rumah bergonjong itu aku berlari Nun jauh di ujung pematang di seberang kali Jalan usang berlumut kususuri Padang ilalang berkabut kulewati

BAYANGAN YANG BEKU DI ANTARA RAK BUKU

/1/ Kita pernah menjadi sepasang patung disini, menyurukkan kepala diantara tumpukan buku-buku sambil bercengkrama. Aroma tubuhmu selalu menjadi udara wangi yang kuhirup guna mengisi rongga jantung. Terkadang kita senang memperalat kata-kata agar terasa manis di lidah. Sambil mendengar kau membacakan puisi Wislawa Szymborska. Kita memelihara renjana dalam dada, dan membiarkan galon yang kosong mengisi dirinya sendiri dengan air dari tawa kita, atau mengacuhkan suara tetangga yang sedang bertengkar. Dunia milik mereka, tapi waktu sepenuhnya punya kita. /2/ Setelah kau hilang pada senja sewarna teh lemon di balik anak tangga menuju jalan raya. Aku mulai terbiasa bercengkrama dengan hening yang bening. Tumpukan buku menjadi kawan setia mengeja waktu, sambil mengangkat kepala menjauh dari kenangan yang masih menggenang di atas bangku. Aku masih disini seperti pintu, dingin dan menunggu. Mengingat segala perihal yang pernah lalu kemudian menjadi per

Mengupas Tipu Daya Perusahaan Asuransi

…berhentilah menginvestasikan uang brengsek Anda dalam bisnis kotor yang membunuh orang-orang . (hal. 124) Itu adalah ucapan Sonia Bonet, seorang pererempuan yang tengah memperjuangkan nasib suaminya kepada pihak asuransi yang seharusnya menanggung beban biaya pengobatan suaminya yang sedang sakit parah. Kalimat itu ia sampaikan kepada salah satu pemegang saham perusahaan asuransi Alta Salud yang begitu menohok, tapi hanya untuk mereka yang memiliki nurani.

Kembalinya Hari-Hari Bulan Maret

oleh Pablo Neruda Hari-hari bulan Maret yang kembali dengan cahaya samar dan ikan-ikan raksasa yang asik berenang di angkasa kesamaran duniawi lantas diam-diam menguapkan perjalanan ada sesuatu satu per satu menyelip dalam kesunyian Dengan kebetulan, pada kemelut awan yang mengembara kau pertemukan kembali kehidupan laut dengan kobaran api itu dan sampan musim dingin yang mendadak jadi kelabu dengan sebentuk cinta yang terukir pada gitar Oh cinta, Oh mawar yang ditenggelamkan buih dan putri duyung nyala yang menari menaiki tangga tak kasat mata yang membangkitkan gejolak pada labirin mimpi hingga gelombang dapat menyempurnakan dirinya di angkasa maka laut melupakan sampan dan biduk di atasnya lalu dunia rubuh pada jerat kegelapan Diterjemahkan bebas dari karya Pablo Neruda March Days Return With Their Covert Light